Yumairo Teteskan Air Mata Ceritakan Kondisi Anak Semata Wayangnya 7 Tahun Terbaring Sakit
Sedih bila melihat kondisi Carina Rahmadani (11 tahun), warga Jalan PSI Lautan Lorong Kedukan Bukit 2 RT 016 RW 004 Kelurahan 35 Ilir, Kecamatan IB II, Palembang.
Ia hanya bisa tergolek lemas di atas tempat tidur lihap di rumahnya yang terbuat dari papan.
Kurang lebih, tujuh tahun Carina terbaring tanpa daya karena penyakit yang dideritanya sejak berumur 4 tahun.
Anak semata wayang Yumairo (36) ini, juga tidak bisa berobat karena keterbatasan ekonomi yang melanda keluarga ini.
Carina menjdi anak yatim setelah sang ayah meninggal setahun yang lalu.
Sekarang, ia tinggal berdua bersama sang ibu di rumah warisan orangtua.
Sang ibu juga harus berhenti bekerja, karena mengurus Carina di rumah.
“Dulu, setelah bapaknya Carina meninggal aku yang bekerja. Aku bekerja mengambil upahan menenun songket. Tapi, sudah lama tidak bekerja karena mengurus Carina di rumah,” ujar Yumairo, Kamis (10/9/2020).
Karena tidak bekerja, sehingga Yumairo dan anaknya hanya bisa mengharapkan belas kasihan tetangga untuk hidup.
Beberapa tetangga yang prihatin dengan kondisi Yumairo dan anaknya, hanya bisa membantu seadanya.
Bantuan dari tetangga hanya untuk kebutuhan sehari-hari.
Itupun, bila ada tetangga yang memberikan.
Karena dengan kondisi saat ini tetangga Yumairo juga kesulitan untuk selalu memberi bantuan.
Yumairo menceritakan kondisi anaknya, sampai bisa menjadi tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa tergeletak di atas tempat tidur.
Carina lahir normal seperti anak pada umumnya, namun saat berumur 4 tahun Carina membeli makanan.
Setelah memakan makanan itu, Carina mengalami muntah-muntah dan kondisinya tidak sehat.
“Dari situ, sempat diobati. Karena, dulu ada BPJS sehingga bisa dibawa berobat. Sejak bapaknya meninggal, jadi tidak bisa lagi bayar BPJS.”
“Sekarang masih berobat, tapi kadang ada kadang tidak obatnya. Jadi harus mengeluarkan uang Rp 400 ribu perbulannya,” ujarnya pilu.
Sejak saat itu, Carina hanya bisa berbaring di rumah saja.
Ia tidak bisa dibawa ke rumah sakit atau melakukan pengobatan lain karena keterbatasan ekonomi.
Jangankan untuk berobat Carina, untuk makan saja Yumairo mengharapkan belas kasihan tetangga.
Terlebih, ia sudah tidak bekerja lagi dan hidup di bawah garis kemiskinan.
“Bekerja juga tidak bisa lagi, karena harus mengurus Carina. Aku juga sudah pasrah, jangankan uang untuk berobat Carina, uang untuk makan saja tidak ada.”
“Kata dokter waktu itu, dibilang kena sakit miningitis,” ungkap Yumairo yang sempat meneteskan air mata.
Kesulitan ekonomi yang dialami Yumairo saat ini dengan tidak bekerja dan juga hanya mengharapkan belas kasihan tetangga, membuat Yumairo hanya bisa berdoa.
Ia berharap ada orang yang berbaik hati untuk bisa mengobati anak semata wayangnya tersebut.
Bila anaknya sembuh dan bisa hidup normal seperti anak pada umumnya, setidaknya Yumairo bisa bekerja untuk mencari nafkah.